Pages

Subscribe:

Labels

Pengikut

Popular Posts

Popular Posts

Kamis, 16 Agustus 2012

Laporan mikroba

A.    TOPIK                        :

B.     TUJUAN
1.      Mengetahui jenis mikroba
2.      Mengetahui ciri morfologi mikroba

C.     DASAR TEORI
Mikroorganisme atau mikroba adalah organisme yang berukuran sangat kecil sehingga untuk mengamatinya diperlukan alat bantuan. Mikroorganisme disebut juga organisme mikroskopik. Mikroorganisme seringkali bersel tunggal (uniseluler) maupun bersel banyak (multiseluler). Namun, beberapa protista bersel tunggal masih terlihat oleh mata telanjang dan ada beberapa spesies multiseluler tidak terlihat mata telanjang. Virus juga termasuk ke dalam mikroorganisme meskipun tidak bersifat seluler (Anonim, 2011).
Hadioetomo (1985) menyatakan bahwa mikroorganisme terdapat di mana-mana, dari dasar laut sampai puncak-puncak gunung berselimutkan es, di mata-mata air belerang panas, dalam tanah dan debu, di udara, dalam air dan susu, maupun pada permukaan jaringan tubuh kita sendiri (kulit dan selaput lendir). Sesungguhnya kita memang dikelilingi oleh bakteri, cendawan, protozoa, dan mikroorganisme lain. Anonim (2008) menambahkan bahwa mikroba terdapat dimana-mana dalam alam. Mikroba dapat ditemui mulai dari dasar lautan yang paling dalam sampai ke puncak gunung yang paling tinggi. Mikroba ada yang hidup dalam air dingin, juga ada yang tahan hidup dalam air panas pada suhu tinggi bahkan ada yang sampai 250 derajat Celcius. (extremophilic). Tanah yang kita injak dipenuhi oleh mikroba. Mikroba dapat terbawa bersama aliran air ke sungai, danau dan laut. Mikroba dapat ditemui dimana mereka menemukan makanan, kelembaban (air), dan suhu yang cocok untuk pertumbuhan dan perkembangbiakannya. Karena kondisi yang cocok untuk kehidupan manusia juga cocok bagi mikroba maka tidak dapat dihindari bila kita hidup berdampingan dengan mikroba. Mikroba ada dalam udara yang kita hirup. Dia mungkin juga ada dalam makanan yang kita makan dan minuman yang kita minum terutama makanan dan minuman yang sudah terkontaminasi, dipermukaan kulit, dalam mulut, hidung dan setiap lubang pada tubuh, serta dalam saluran pernafasan dan pencernaan. Mikroba lebih banyak lagi ditemui pada tanaman dan hewan. Sebagian besar mikroba tidak berbahaya bagi manusia, dan manusia yang sehat diberi kemampuan oleh Yang Maha Kuasa untuk bertahan dari serangan mikroba yang berbahaya sampai batas-batas tertentu.
Berdasarkan organisasi selulernya, protista dibagi menjadi dua golongan yaitu protista tingkat rendah (prokariot) dan protista tingkat tinggi (eukariot). Alga hijau biru dan bakteri tergolong kepada prokariot. Sebagian mikrobiologis menganggap alga hijau biru adalah bakteri juga. Golongan eukariot terdiri atas protozoa, fungi (khamir dan kapang), dan alga dimana organisasi selularnya sudah relatif sempurna menyerupai tanaman atau hewan (Anonim, 2008).
Mikroorganisme ada yang menguntungkan dan ada yang merugikan. Mikroorganisme yang menguntungkan dapat kita temukan dalam peningkatan nilai gizi atau nutrisi makanan, pengadaan bau dan rasa, perubahan warna, dan proses pembuatan bahan makanan, seperti tempe, kecap, tauco, keju, beer, anggur, dan sebagainya. Makanan dan minuman tersebut diolah secara fermentasi dengan bantuan mikroba. Proses fermentasi terbagi dalam dua jenis, yaitu fermentasi alkoholik dan non alkoholik.
a.       Fermentasi alkoholik, yaitu fermentasi yang menghasilkan alkohol. Misalnya dalam pembuatan beer, anggur, toak, dan sebagainya
b.      Fermentasi non-alkoholik, yaitu fermentasi yang tidak menghasilkan senyawa alkohol, tetapi berbentuk asam organik, vitamin, asam amino, dan sebagainya. Misalnya dalam pembuatan tempe, kecap, oncom, dan sebagainya (Supardi dkk., 1999).
Supardi dkk. (1999) menambahkan selain berperan positif, mikroorganisme atau mikroba juga dapat merugikan. Mikroba dikatakan merugikan apabila kehadirannya dalam bahan makanan justru mengubah warna, rasa, dan aroma yang tidak diinginkan, menurunkan berat atau volume, menurunkan nilai gizi atau nutrisi, mengubah bentuk dan susunan senyawa, dan menghasilkan toksin. Kelompok mikroba seperti bakteri, jamur, dan ragi (yang masih termasuk jamur) merupakan penyebab terjadinya kerugian pada bahan makanan. Oleh sebab itu, terhadap bahan makanan sejak bahan baku, selama proses, selama pengolahan dan penyimpanan, selalu diusahakan untuk tidak dikenai dan ditumbuhi mikroba tersebut.




1.      Bakteri
Bakteri (dari kata Latin bacterium; jamak: bacteria) adalah kelompok organisme yang tidak memiliki membran inti sel. Organisme ini termasuk ke dalam domain prokariota dan berukuran sangat kecil (mikroskopik), serta memiliki peran besar dalam kehidupan di bumi. Beberapa kelompok bakteri dikenal sebagai agen penyebab infeksi dan penyakit, sedangkan kelompok lainnya dapat memberikan manfaat dibidang pangan, pengobatan, dan industri. Struktur sel bakteri relatif sederhana: tanpa nukleus/inti sel, kerangka sel, dan organel-organel lain seperti mitokondria dan kloroplas. Hal inilah yang menjadi dasar perbedaan antara sel prokariot dengan sel eukariot yang lebih kompleks. Bakteri dapat ditemukan di hampir semua tempat, seperti tanah, air, udara, dalam simbiosis dengan organisme lain maupun sebagai agen parasit (patogen), bahkan dalam tubuh manusia. Pada umumnya, bakteri berukuran 0,5-5 μm, tetapi ada bakteri tertentu yang dapat berdiameter hingga 700 μm, yaitu Thiomargarita. Mereka umumnya memiliki dinding sel, seperti sel tumbuhan dan jamur, tetapi dengan bahan pembentuk sangat berbeda (peptidoglikan). Beberapa jenis bakteri bersifat motil (mampu bergerak) dan mobilitasnya ini disebabkan oleh flagel (Anonim, 2011).
Anonim (2008) menyatakan bahwa bakteri merupakan organisme yang paling banyak jumlahnya dan lebih tersebar luas dibandingkan mahluk hidup yang lain. Bakteri memiliki ratusan ribu spesies yang hidup di darat hingga lautan dan pada tempat-tempat yang ekstrim. Bakteri ada yang menguntungkan tetapi ada pula yang merugikan. Bakteri memiliki ciri-ciri yang membedakannya dengan mahluk hidup yang lain. Bakteri adalah organisme uniseluler dan prokariot serta umumnya tidak memiliki klorofil dan berukuran renik (mikroskopis).
Dalam beberapa kesempatan juga dikenal koloni bakteri. Koloni bakteri adalah sekumpulan dari bakteri-bakteri yang sejenis yang mengelompok menjadi satu dan membentuk suatu koloni-koloni. Untuk mengetahui pertumbuhan suatu bakteri dapat dilakukan dengan menghitung jumlah koloni bakteri. Penghitungan suatu koloni dapat dilakukan dengan metode pour plate (hitung cawan). Untuk mempermudah penghitungan jumlah koloni bakteri digunakan alat yang biasa disebut Colony Counter. Pada alat Colony Counter, penghitungan jumlah koloni bakteri dipermudah dengan adanya counter electronic. Dengan adanya counter tersebut peneliti tinggal menandai koloni bakteri yang dihitung dengan menggunakan pen yang terhubung dengan counter. Setiap koloni yang ditandai maka counter akan menghitung. Penghitungan suatu koloni dengan metode pour plate masih memungkinkan terjadinya kesalahan dikarenakan faktor human error akibat bentuk koloni yang relatif kecil dan banyaknya koloni yang akan dihitung (Soedarmanto, 2010).
Anonim (2011) menyatakan bahwa seperti prokariot (organisme yang tidak memiliki membran inti) pada umumnya, semua bakteri memiliki struktur sel yang relatif sederhana. Sehubungan dengan ketiadaan membran inti, meteri genetik (DNA dan RNA) bakteri melayang-layang di daerah sitoplasma yang bernama nukleoid. Salah satu struktur bakteri yang penting adalah dinding sel. Bakteri dapat diklasifikasikan dalam dua kelompok besar berdasarkan struktur dinding selnya, yaitu bakteri gram negatif dan bakteri gram positif. Bakteri gram positif memiliki dinding sel yang tersusun dari lapisan peptidoglikan (sejenis molekul polisakarida) yang tebal dan asam teikoat, sedangkan bakteri gram negatif memiliki lapisan peptidoglikan yang lebih tipis dan mempunyai struktur lipopolisakarida yang tebal. Metode yang digunakan untuk membedakan kedua jenis kelompok bakteri ini dikembangkan oleh ilmuwan Denmark, Hans Christian Gram pada tahun 1884. Banyak bakteri memiliki struktur di luar sel lainnya seperti flagel dan fimbria yang digunakan untuk bergerak, melekat dan konjugasi. Beberapa bakteri juga memiliki kapsul yang beperan dalam melindungi sel bakteri dari kekeringan dan fagositosis. Struktur kapsul inilah yang sering kali menjadi faktor virulensi penyebab penyakit, seperti yang ditemukan pada Escherichia coli dan Streptococcus pneumoniae. Bakteri juga memiliki kromosom, ribosom, dan beberapa spesies lainnya memiliki granula makanan, vakuola gas, dan magnetosom. Beberapa bakteri mampu membentuk diri menjadi endospora yang membuat mereka mampu bertahan hidup pada lingkungan ekstrim. Clostridium botulinum merupakan salah satu contoh bakteri penghasil endospora yang sangat tahan suhu dan tekanan tinggi, dimana bakteri ini juga termasuk golongan bakteri pengebab keracunan pada makanan kaleng.
Bentuk dasar bakteri terdiri atas bentuk bulat (kokus), batang (basil),dan spiral (spirilia) serta terdapat bentuk antara kokus dan basil yang disebut kokobasil.
1.      Bentuk Kokus
a.       Monokokus, yaitu berupa sel bakteri kokus tunggal
b.      Diplokokus, yaitu dua sel bakteri kokus berdempetan
c.       Tetrakokus, yaitu empat sel bakteri kokus berdempetan berbentuk segi empat
d.      Sarkina, yaitu delapan sel bakteri kokus berdempetan membentuk kubus
e.       Streptokokus yaitu lebih dari empat sel bakteri kokus berdempetan membentuk rantai
f.       Stapilokokus yaitu lebih dari empat sel bakteri kokus berdempetan seperti buah anggur.
2.      Bentuk Basil
a.       Monobasil, yaitu berupa sel bakteri basil tunggal
b.      Diplobasil, yaitu berupa dua sel bakteri basil berdempetan
c.       Streptobasil, yaitu beberapa sel bakteri basil berdempetan membentuk rantai.
3.      Bentuk Spirilia
a.       Spiral, yaitu bentuk sel bergelombang
b.      Spiroseta, yaitu bentuk sel seperti sekrup
c.       Vibrio, yaitu bentuk sel seperti tanda baca koma (Anonim, 2008).

Banyak spesies bakteri yang bergerak menggunakan flagel. Bakteri yang tidak memiliki alat gerak biasanya hanya mengikuti pergerakan media pertumbuhannya atau lingkungan tempat bakteri tersebut berada. Sama seperti struktur kapsul, flagel juga dapat menjadi agen penyebab penyakit pada beberapa spesies bakteri. Berdasarkan tempat dan jumlah flagel yang dimiliki, bakteri dibagi menjadi lima golongan, yaitu:
a.       Atrik, tidak mempunyai flagel
b.      Monotrik, mempunyai satu flagel pada salah satu ujungnya
c.       Lofotrik, mempunyai sejumlah flagel pada salah satu ujungnya
d.      Amfitrik, mempunyai satu flagel pada kedua ujungnya
e.       Peritrik, mempunyai flagel pada seluruh permukaan tubuhnya (Anonim, 2011).
Anonim (2011) menyatakan bahwa kondisi lingkungan yang mendukung dapat memacu pertumbuhan dan reproduksi bakteri. Faktor-faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap pertumbuhan dan reproduksi bakteri adalah suhu, kelembapan, dan cahaya. Secara umum, terdapat beberapa alat yang dapat digunakan untuk melakukan pengamatan sel bakteri terhadap berbagai parameter tersebut, seperti mikroskop optikal, mikroskop elektron, dan atomic force microscope (AFM).

a.       Suhu

Suhu berperan penting dalam mengatur jalannya reaksi metabolisme bagi semua makhluk hidup. Khususnya bagi bakteri, suhu lingkungan yang berada lebih tinggi dari suhu yang dapat ditoleransi akan menyebabkan denaturasi protein dan komponen sel esensial lainnya sehingga sel akan mati. Demikian pula bila suhu lingkungannya berada di bawah batas toleransi, membran sitoplasma tidak akan berwujud cair sehingga transportasi nutrisi akan terhambat dan proses kehidupan sel akan terhenti. Berdasarkan kisaran suhu aktivitasnya, bakteri dibagi menjadi 4 golongan:
·                Bakteri psikrofil, yaitu bakteri yang hidup pada daerah suhu antara 0°– 30 °C, dengan suhu optimum 15 °C.
·                Bakteri mesofil, yaitu bakteri yang hidup di daerah suhu antara 15° – 55 °C, dengan suhu optimum 25° – 40 °C.
·                Bakteri termofil, yaitu bakteri yang dapat hidup di daerah suhu tinggi antara 40° – 75 °C, dengan suhu optimum 50 - 65 °C
·                Bakteri hipertermofil, yaitu bakteri yang hidup pada kisaran suhu 65 - 114 °C, dengan suhu optimum 88 °C.

b.      Kelembaban relatif

Pada umumnya bakteri memerlukan kelembaban relatif (relative humidity, RH) yang cukup tinggi, kira-kira 85%. Kelembaban relatif dapat didefinisikan sebagai kandungan air yang terdapat di udara. Pengurangan kadar air dari protoplasma menyebabkan kegiatan metabolisme terhenti, misalnya pada proses pembekuan dan pengeringan. Sebagai contoh, bakteri Escherichia coli akan mengalami penurunan daya tahan dan elastisitas dinding selnya saat RH lingkungan kurang dari 84%. Bakteri gram positif cenderung hidup pada kelembaban udara yang lebih tinggi dibandingkan dengan bakteri gram negatif terkait dengan perubahan struktur membran selnya yang mengandung lipid bilayer.

c.       Cahaya

Cahaya merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pertumbuhan bakteri. Secara umum, bakteri dan mikroorganisme lainnya dapat hidup dengan baik pada paparan cahaya normal. Akan tetapi, paparan cahaya dengan intensitas sinar ultraviolet (UV) tinggi dapat berakibat fatal bagi pertumbuhan bakteri. Teknik penggunaan sinar UV, sinar x, dan sinar gamma untuk mensterilkan suatu lingkungan dari bakteri dan mikroorganisme lainnya dikenal dengan teknik iradiasi yang mulai berkembang sejak awal abad ke-20. Metode ini telah diaplikasikan secara luas untuk berbagai keperluan, terutama pada sterilisasi makanan untuk meningkatkan masa simpan dan daya tahan. Beberapa contoh bakteri patogen yang mampu dihambat ataupun dihilangkan antara lain Escherichia coli 0157:H7 and Salmonella.

d.      Radiasi

Radiasi pada kekuatan tertentu dapat menyebabkan kelainan dan bahkan dapat bersifat letal bagi makhluk hidup, terutama bakteri. Sebagai contoh pada manusia, radiasi dapat menyebabkan penyakit hati akut, katarak, hipertensi, dan bahkan kanker. Akan tetapi, terdapat kelompok bakteri tertentu yang mampu bertahan dari paparan radiasi yang sangat tinggi, bahkan ratusan kali lebih besar dari daya tahan manusia tehadap radiasi, yaitu kelompok Deinococcaceae. Sebagai perbandingan, manusia pada umumnya tidak dapat bertahan pada paparan radiasi lebih dari 10 Gray (Gy, 1 Gy = 100 rad), sedangkan bakteri yang termasuk dalam kelompok ini dapat bertahan hingga 5.000 Gy. Pada umumnya, paparan energi radiasi dapat menyebabkan mutasi gen dan putusnya rantai DNA. Apabila terjadi pada intensitas yang tinggi, bakteri dapat mengalami kematian. Deinococcus radiodurans memiliki kemampuan untuk bertahan terhadap mekanisme perusakan materi genetik tersebut melalui sistem adaptasi dan adanya proses perbaikan rantai DNA yang sangat efisien.
Dalam kehidupan manusia bakteri mempunyai peranan yang menguntungkan maupun yang merugikan. Bakteri yang menguntungkan adalah sebagai berikut :
1.      Pembusukan (penguraian sisa-sisa mahluk hidup contohnya Escherichia coli)
2.      Pembuatan makanan dan minuman hasil fermentasi contohnya Acetobacter pada pembuatan asam cuka, Lactobacillus bulgaricus pada pembuatan yoghurt, Acetobacter xylinum pada pembuatan nata de coco, dan Lactobacillus casei pada pembuatan keju yoghurt
3.      Berperan dalam siklus nitrogen sebagai bakteri pengikat nitrogen yaitu Rhizobium leguminosarum yang hidup bersimbiosis dengan akar tanaman kacang-kacangan dan Azotobacter chlorococcum
4.      Penyubur tanah contohnya Nitrosococcus dan Nitrosomonas yang berperan dalam proses nitrifikasi menghasilkan ion nitrat yang dibutuhkan tanaman
5.      Penghasil antibiotik contohnya adalah Bacillus polymyxa (penghasil antibiotik polimiksin B untuk pengobatan infeksi bakteri gram negatif, Bacillus subtilis penghasil antibioti untuk pengobatan infeksi bakteri gram positif,Streptomyces griseus penghasil antibiotik streptomisin untuk pengobatan bakteri gram negatif termasuk bakteri penyebab TBC dan Streptomyces rimosus penghasil antibiotik terasiklin untuk berbagai bakteri
6.      Pembuatan zat kimia misalnya aseton dan butanol oleh Clostridium acetobutylicum
7.      Berperan dalam proses pembusukan sampah dan kotoran hewan sehinggga menghasilkan energi alternatif metana berupa biogas. Contohnya methanobacterium
8.      Penelitian rekayasa genetika dalam berbagai bidang.sebagai contoh dalam bidang kedokteran dihasilkan obat-obatan dan produk kimia bermanfaat yang disintesis oleh bakteri, misalnya enzim, vitamin dan hormon.
Bakteri yang merugikan sebagai berikut :
1.      Pembusukan makanan, contohnya Clostridium botulinum
2.      Penyebab penyakit pada manusia, contohnya Mycobacterium tuberculosis (penyebab penyakit TBC ), Vibrio cholerae ( penyebab kolera atau muntaber ), Clostridium tetani (penyebab penyakit tetanus ) dan Mycobacterium leprae (penyebab penyakit lepra )
3.      Penyebab penyakit pada hewan, contohnya Bacillus antrachis (penyebab penyakit antraks pada sapi )
4.      Penyebab penyakit pada tanaman budidaya contohnya Pseudomonas solanacearum (penyebab penyakit pada tanaman tomat, lombok, terung dan tembakau) serta Agrobacterium tumafaciens (penyebab tumor pada tumbuhan) (Anonim, 2008).

2.      Jamur
Alfi (2010) menyatakan bahwa kapang adalah mikroorganisme yang termaksud dalam anggota Kingdom Fungi yang membentuk hifa. Kapang bukan merupakan kelompok taksonomi yang resmi, sehingga anggota-anggota dari kapang tersebar ke dalam filum Glomeromycota, Ascomycota, dan Basidiomycota. Kapang (Inggris: mold) merupakan anggota regnum Fungi ("Kerajaan" Jamur) yang biasanya tumbuh pada permukaan makanan yang sudah basi atau terlalu lama tidak diolah. Sebagian besar kapang merupakan anggota dari kelas Ascomycetes. Kapang bereproduksi dengan menggunakan spora. Spora kapang terdiri dari dua jenis, yaitu spora seksual dan spora aseksual. Spora aseksual dihasilkan lebih cepat dan dalam jumlah yang lebih banyak dibandingkan spora seksual. Spora aseksual memiliki ukuran yang kecil (diameter 1-10 μm) dan ringan, sehingga penyebarannya umumnya secara pasif menggunakan aliran udara. Apabila spora tersebut terhirup oleh manusia dalam jumlah tertentu akan mengakibatkan gangguan kesehatan.
Rucitra dkk. (2008) menyatakan bahwa kapang adalah multiseluler yang bersifat aktif karena merupakan organisme saprofit dan mampu memecah bahan – bahan organic kompleks menjadi bahan yang lebih sederhana. Di bawah mikroskop dapat dilihat bahwa kapang terdiri dari benang yang disebut hifa, kumpulan hifa ini dikenal sebagai miselium.
Berbeda dengan bakteri dan khamir, kapang seringkali dapat dilihat dengan mata. Termasuk pada makanan yang kemasannya rusak. Kapang memiliki ukuran yang lebih besar daripada bakteri, termasuk organisme multiseluler (bersel banyak) yang berukuran mulai dari mikroskopis sampai makroskopis dan memiliki bentuk seperti benang-benang. Tumbuh dengan berbagai warna: merah atau jingga, hitam kebiruan, abu-abu yang ditentukan oleh perbedaan warna sporanya (Anonim, 2011).
Fungi multiseluler mempunyai miselium atau filament, dan pertumbuhannya dalam bahan makanan mudah sekali dilihat, yakni seperti kapas. Pertumbuhan fungi mula-mula berwarna putih, tetapi bila telah momproduksi spsra maka akan terbentuk brbagai warna tergantung dari jenis kapang. Sofat-sifat kapang baik penampakan mikroskopik ataupun makroskopik digunakan untuk identifikasi dan klasifikasi kapang. Kapang dapat dibedakan menjadi dua kelompok berdasarkan struktur hifa, yaitu hifa tidak bersekat atau nonseptat dan hifa bersekat atau septet yang membagi hifa dalam mangan-mangan, dimana setiap mangan mempunyai inti satu atau lebih,.dinding penyekat pada kapang disebut dengan septum yqang tidak bertutup rapat sehingga sitoplasma masih dapat bebas bergerak dari satu ruang keruang lainnya. Kapang tidak berseptat intinya tersebar disepanjang septa (Alfi, 2010).
Anonim (2011) menyatakan bahwa secara biokimia, kapang bersifat aktif karena terutama merupakan organisme saprofitik. Organisme ini dapat memecah bahan-bahan organik kompleks menjadi yang lebih sederhana termasuk pembusukan daun-daun dan bahan lain dalam tanah. Kegiatan yang sama dapat mengakibatkan pembusukan pangan. Kapang umumnya lebih tidak tahan panas dibandingkan dengan bakteri, tetapi kapang umumnya lebih tahan hidup pada kondisi lebih kering dibandingkan dengan bakteri. Kapang digolongkan ke dalam beberapa genus berdasarkan:
1.      Penampakan miselium     : bening atau gelap dan atau warnanya
2.      Jenis hifa                          : berseptat atau tidak
3.      Cara reproduksi                : spora seksual atau aseksual
4.      Jenis dan karakteristik spora aseksual
5.      Jenis dan karakteristik spora seksual
6.      Adanya struktur khusus pada kapang.

Seperti halnya bakteri, kapang juga dapat memberikan keuntungan bagi manusia, namun juga dapat merugikan, salah satunya adalah penyebab kerusakan produk pangan. Contoh bakteri yang menguntungkan adalah bakteri yang dibutuhkan dalam pemeraman keju Roquefert dan dalam produksi kecap atau tempe. Selain itu beberapa jenis kapang menghasilkan antibiotik yang disebut penisilin. Kapang yang paling sering ditemukan pada daging dan unggas adalah Alternaria, Aspergillus, Botrytis, Cladosporium, Fusarium, Geotrichum, Monilia, Manoscus, Mortierella, Mucor, Neurospora, Oidium, Oosproa, Penicillium, Rhizopus dan Thamnidium. Kapang ini juga dapat ditemukan di banyak makanan lainnya (Anonim, 2011).

D.    ALAT DAN BAHAN
1.      Alat
a.       Coloni counter
b.      Lup (terdapat di coloni counter)
c.       Cawan petri
2.      Bahan
a.       Koloni bakteri dari kantin (ditempatkan di cawan petri)
b.      Koloni kapang bawang merah
c.       Koloni kapang tempe

E.     PROSEDUR KERJA
1.      Menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan
2.      Mengamati koloni bakteri dari kantin (ditempatkan di cawan petri)
a.       Meletakkan cawan petri yang berisi koloni bakteri pada coloni counter
b.      Mengamati warna koloni melalui lup pada coloni counter
c.       Mengamati bentuk koloni melalui lup pada coloni counter, kemudian disesuikan dengan pedoman yang berisi pilihan bentuk koloni, dan memilih gambar yang sesuai
d.      Mengamati tepi koloni melalui lup pada coloni counter, kemudian disesuikan dengan pedoman yang berisi pilihan tepi koloni, dan memilih gambar yang sesuai
e.       Mengamati elevasi koloni dengan cara melihatnya dari samping cawan petri. Selanjutnya disesuikan dengan pedoman yang berisi pilihan elevasi koloni, dan memilih gambar yang sesuai
3.      Mengamati koloni kapang bawang merah
                                         a.      Mengamati warna koloni secara langsung
                                        b.      Mengamati sifat koloni secara langsung
4.      Mengamati koloni kapang tempe
a.       Mengamati warna koloni secara langsung
b.      Mengamati sifat koloni secara langsung

F.      DATA PENGAMATAN
Ø  Deskripsi morfologi koloni bakteri
NO
Aspek yang diamati
Koloni I
Koloni II
Koloni III
1
2

3
4

Warna koloni
Bentuk koloni

Tepi koloni
Elevasi koloni
Putih bening
Bundar dengan tepian timbul
Licin
Timbul
Putih tulang
Tak beraturan dan menyebar
Berlekuk
Datar
Kuning muda
Filliform

Berombak
Seperti tombol







Ø  Deskripsi morfologi koloni kapang
NO
Aspek yang diamati
Koloni I
Koloni II
1
2
Warna koloni
Bentuk koloni
Hijau
Serbuk
Putih
Kapas


G.    ANALISIS DATA
H.    PEMBAHASAN
1.      Pengamatan terhadap koloni bakteri I
Pengamatan bakteri ini dilakukan dengan cara mengamati morfologinya dari aspek warna, bentuk, tepi, dan elevasi. Untuk warna, bentuk, dan tepi koloni diamati dengan bantuan kaca pembesar yang ada pada coloni counter. Sedangkan elevasi koloni diamati dari tepi koloni.
Koloni bakteri adalah sekumpulan dari bakteri-bakteri yang sejenis yang mengelompok menjadi satu dan membentuk suatu koloni-koloni. Untuk mengetahui pertumbuhan suatu bakteri dapat dilakukan dengan menghitung jumlah koloni bakteri. Penghitungan suatu koloni dapat dilakukan dengan metode pour plate (hitung cawan). Untuk mempermudah penghitungan jumlah koloni bakteri digunakan alat yang biasa disebut Colony Counter. Pada alat Colony Counter, penghitungan jumlah koloni bakteri dipermudah dengan adanya counter electronic. Dengan adanya counter tersebut peneliti tinggal menandai koloni bakteri yang dihitung dengan menggunakan pen yang terhubung dengan counter. Setiap koloni yang ditandai maka counter akan menghitung. Penghitungan suatu koloni dengan metode pour plate masih memungkinkan terjadinya kesalahan dikarenakan faktor human error akibat bentuk koloni yang relatif kecil dan banyaknya koloni yang akan dihitung (Sudarmanto, 2010).
Di saat mengamati bakteri, kita dianjurkan untuk tidak membuka penutup cawan petri, agar keadaan dalam cawan petri tetap steril. Sehingga, tidak menggangu koloni bakteri yang berdiam di cawan petri.
Berikut hasil pengamatan terhadap koloni bakteri I:
                            a.          Warna koloni bakteri 1  : putih bening. Warna koloni dapat diamati dari luar cawan petri dengan bantuan kaca pembesar pada coloni counter agar warna lebih jelas

                           b.          Bentuk koloni bakteri 1 : bundar dengan tepian timbul. Bentuk koloni dapat diamati dari luar cawan petri dengan bantuan kaca pembesar pada coloni counter agar bentuk lebih jelas
                            c.          Tepi koloni bakteri 1      : licin. Bentuk koloni dapat diamati dari luar cawan petri dengan bantuan kaca pembesar pada coloni counter agar bentuk lebih jelas
                           d.          Elevasi koloni bakteri 1 : timbul. Elevasi koloni diamati dari samping cawan petri.

2.         Pengamatan terhadap koloni bakteri 2
Langkah-langkah yang dilakukan untuk mengamati koloni bakteri 2 sama dengan langkah-langkah pengamatan koloni bakteri 1.
Berikut hasil pengamatan terhadap koloni bakteri 2:
                            a.          Warna koloni bakteri 2  : putih tulang. Warna koloni dapat diamati dari luar cawan petri dengan bantuan kaca pembesar pada coloni counter agar warna lebih jelas
                           b.          Bentuk koloni bakteri 2 : tak beraturan dan menyebar. Bentuk koloni dapat diamati dari luar cawan petri dengan bantuan kaca pembesar pada coloni counter agar bentuk lebih jelas
                            c.          Tepi koloni bakteri 2      : berlekuk. Bentuk koloni dapat diamati dari luar cawan petri dengan bantuan kaca pembesar pada coloni counter agar bentuk lebih jelas
                           d.          Elevasi koloni bakteri 2 : datar. Elevasi koloni diamati dari samping cawan petri.

3.         Pengamatan terhadap koloni bakteri 3
Langkah-langkah yang dilakukan untuk mengamati koloni bakteri 2 sama dengan langkah-langkah pengamatan koloni bakteri 1 dan 2.
Berikut hasil pengamatan terhadap koloni bakteri 3:
a.       Warna koloni bakteri 3  : kuning muda. Warna koloni dapat diamati dari luar cawan petri dengan bantuan kaca pembesar pada coloni counter agar warna lebih jelas
b.      Bentuk koloni bakteri 3 : filliform. Bentuk koloni dapat diamati dari luar cawan petri dengan bantuan kaca pembesar pada coloni counter agar bentuk lebih jelas
c.       Tepi koloni bakteri 3      : berombak. Bentuk koloni dapat diamati dari luar cawan petri dengan bantuan kaca pembesar pada coloni counter agar bentuk lebih jelas
d.      Elevasi koloni bakteri 3 : seperti tombol. Elevasi koloni diamati dari samping cawan petri

4.      Pengamatan terhadap koloni kapang 1

5.      Pengamatan terhadap koloni kapang 2

I.       KESIMPULAN






J.       DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2011. Solanaceae. (Online)
(http://id.wikipedia.org/wiki/Solanaceae, diakses tanggal 04 November 2011)
Anonim. Tanpa tahun. Sayuran-Solanaceae. (Online)
(http://id.egardentools.eu/Solanacee.asp, diakses tanggal 04 November 2011)
Anonim. 2011. Fabaceae. (Online)
(http://id.wikipedia.org/wiki/Fabaceae, diakses tanggal 04 November 2011)
Ahira, Anne. Tanpa tahun. Klasifikasi Tumbuhan: Tumbuhan Monokotil dan Dikotil. (Online)
(http://www.anneahira.com/tumbuhan-dikotil.htm, diakses tanggal 04 November 2011)




0 komentar:

Posting Komentar