A.
TOPIK :
B.
TUJUAN
1.
Mengetahui
jenis mikroba
2.
Mengetahui
ciri morfologi mikroba
C.
DASAR
TEORI
Mikroorganisme atau mikroba
adalah organisme
yang berukuran sangat kecil sehingga untuk mengamatinya diperlukan alat
bantuan. Mikroorganisme disebut juga organisme mikroskopik. Mikroorganisme
seringkali bersel tunggal (uniseluler) maupun bersel banyak
(multiseluler). Namun, beberapa protista
bersel tunggal masih terlihat oleh mata telanjang dan ada beberapa spesies
multiseluler tidak terlihat mata telanjang. Virus
juga termasuk ke dalam mikroorganisme meskipun tidak bersifat seluler (Anonim,
2011).
Hadioetomo (1985) menyatakan bahwa
mikroorganisme terdapat di mana-mana, dari dasar laut sampai puncak-puncak
gunung berselimutkan es, di mata-mata air belerang panas, dalam tanah dan debu,
di udara, dalam air dan susu, maupun pada permukaan jaringan tubuh kita sendiri
(kulit dan selaput lendir). Sesungguhnya kita memang dikelilingi oleh bakteri,
cendawan, protozoa, dan mikroorganisme lain. Anonim (2008) menambahkan bahwa
mikroba terdapat dimana-mana dalam alam. Mikroba dapat ditemui mulai dari dasar
lautan yang paling dalam sampai ke puncak gunung yang paling tinggi. Mikroba
ada yang hidup dalam air dingin, juga ada yang tahan hidup dalam air panas pada
suhu tinggi bahkan ada yang sampai 250 derajat Celcius. (extremophilic). Tanah
yang kita injak dipenuhi oleh mikroba. Mikroba dapat terbawa bersama aliran air
ke sungai, danau dan laut. Mikroba dapat ditemui dimana mereka menemukan
makanan, kelembaban (air), dan suhu yang cocok untuk pertumbuhan dan
perkembangbiakannya. Karena kondisi yang cocok untuk kehidupan manusia juga
cocok bagi mikroba maka tidak dapat dihindari bila kita hidup berdampingan
dengan mikroba. Mikroba ada dalam udara yang kita hirup. Dia mungkin juga ada
dalam makanan yang kita makan dan minuman yang kita minum terutama makanan dan
minuman yang sudah terkontaminasi, dipermukaan kulit, dalam mulut, hidung dan
setiap lubang pada tubuh, serta dalam saluran pernafasan dan pencernaan.
Mikroba lebih banyak lagi ditemui pada tanaman dan hewan. Sebagian besar
mikroba tidak berbahaya bagi manusia, dan manusia yang sehat diberi kemampuan
oleh Yang Maha Kuasa untuk bertahan dari serangan mikroba yang berbahaya sampai
batas-batas tertentu.
Berdasarkan organisasi selulernya,
protista dibagi menjadi dua golongan yaitu protista tingkat rendah (prokariot)
dan protista tingkat tinggi (eukariot). Alga hijau biru dan bakteri tergolong
kepada prokariot. Sebagian mikrobiologis menganggap alga hijau biru adalah
bakteri juga. Golongan eukariot terdiri atas protozoa, fungi (khamir dan
kapang), dan alga dimana organisasi selularnya sudah relatif sempurna
menyerupai tanaman atau hewan (Anonim, 2008).
Mikroorganisme ada yang menguntungkan dan
ada yang merugikan. Mikroorganisme yang menguntungkan dapat kita temukan dalam
peningkatan nilai gizi atau nutrisi makanan, pengadaan bau dan rasa, perubahan warna,
dan proses pembuatan bahan makanan, seperti tempe, kecap, tauco, keju, beer, anggur, dan sebagainya. Makanan
dan minuman tersebut diolah secara fermentasi dengan bantuan mikroba. Proses
fermentasi terbagi dalam dua jenis, yaitu fermentasi alkoholik dan non
alkoholik.
a.
Fermentasi
alkoholik, yaitu fermentasi yang menghasilkan alkohol. Misalnya dalam pembuatan
beer, anggur, toak, dan sebagainya
b.
Fermentasi
non-alkoholik, yaitu fermentasi yang tidak menghasilkan senyawa alkohol, tetapi
berbentuk asam organik, vitamin, asam amino, dan sebagainya. Misalnya dalam
pembuatan tempe, kecap, oncom, dan sebagainya (Supardi dkk., 1999).
Supardi dkk. (1999) menambahkan selain
berperan positif, mikroorganisme atau mikroba juga dapat merugikan. Mikroba
dikatakan merugikan apabila kehadirannya dalam bahan makanan justru mengubah
warna, rasa, dan aroma yang tidak diinginkan, menurunkan berat atau volume,
menurunkan nilai gizi atau nutrisi, mengubah bentuk dan susunan senyawa, dan
menghasilkan toksin. Kelompok mikroba seperti bakteri, jamur, dan ragi (yang
masih termasuk jamur) merupakan penyebab terjadinya kerugian pada bahan
makanan. Oleh sebab itu, terhadap bahan makanan sejak bahan baku, selama
proses, selama pengolahan dan penyimpanan, selalu diusahakan untuk tidak
dikenai dan ditumbuhi mikroba tersebut.
1. Bakteri
Bakteri (dari kata Latin bacterium; jamak: bacteria) adalah
kelompok organisme yang tidak memiliki membran inti sel.
Organisme ini termasuk ke dalam domain prokariota dan berukuran sangat kecil (mikroskopik), serta
memiliki peran besar dalam kehidupan di bumi. Beberapa kelompok bakteri dikenal sebagai agen penyebab infeksi dan penyakit, sedangkan kelompok lainnya dapat memberikan
manfaat dibidang pangan, pengobatan, dan industri. Struktur sel bakteri relatif sederhana:
tanpa nukleus/inti sel, kerangka sel, dan organel-organel lain seperti mitokondria dan kloroplas. Hal inilah yang menjadi dasar perbedaan antara sel prokariot dengan sel eukariot yang lebih kompleks. Bakteri dapat ditemukan di hampir semua tempat,
seperti tanah, air, udara, dalam simbiosis dengan organisme lain maupun sebagai agen
parasit (patogen), bahkan dalam tubuh manusia. Pada umumnya, bakteri berukuran 0,5-5 μm,
tetapi ada bakteri tertentu yang dapat berdiameter hingga 700 μm, yaitu Thiomargarita. Mereka umumnya memiliki dinding sel, seperti sel tumbuhan dan jamur, tetapi dengan bahan pembentuk sangat berbeda (peptidoglikan). Beberapa jenis bakteri bersifat motil (mampu
bergerak) dan mobilitasnya ini disebabkan oleh flagel (Anonim, 2011).
Anonim (2008) menyatakan bahwa bakteri
merupakan organisme yang paling banyak jumlahnya dan lebih tersebar luas
dibandingkan mahluk hidup yang lain. Bakteri memiliki ratusan ribu spesies yang
hidup di darat hingga lautan dan pada tempat-tempat yang ekstrim. Bakteri ada
yang menguntungkan tetapi ada pula yang merugikan. Bakteri memiliki ciri-ciri
yang membedakannya dengan mahluk hidup yang lain. Bakteri adalah organisme
uniseluler dan prokariot serta umumnya tidak memiliki klorofil dan berukuran
renik (mikroskopis).
Dalam beberapa kesempatan juga dikenal
koloni bakteri. Koloni bakteri adalah sekumpulan dari
bakteri-bakteri yang sejenis yang mengelompok menjadi satu dan membentuk suatu
koloni-koloni. Untuk mengetahui pertumbuhan suatu bakteri dapat dilakukan
dengan menghitung jumlah koloni bakteri. Penghitungan suatu koloni dapat
dilakukan dengan metode pour plate (hitung cawan). Untuk mempermudah
penghitungan jumlah koloni bakteri digunakan alat yang biasa disebut Colony
Counter. Pada alat Colony Counter, penghitungan jumlah koloni bakteri
dipermudah dengan adanya counter electronic. Dengan adanya counter tersebut
peneliti tinggal menandai koloni bakteri yang dihitung dengan menggunakan pen
yang terhubung dengan counter. Setiap koloni yang ditandai maka counter akan
menghitung. Penghitungan suatu koloni dengan metode pour plate masih
memungkinkan terjadinya kesalahan dikarenakan faktor human error akibat bentuk
koloni yang relatif kecil dan banyaknya koloni yang akan dihitung (Soedarmanto,
2010).
Anonim (2011) menyatakan bahwa seperti
prokariot (organisme yang tidak memiliki membran inti) pada
umumnya, semua bakteri memiliki struktur sel yang relatif sederhana. Sehubungan
dengan ketiadaan membran inti, meteri genetik (DNA dan RNA) bakteri melayang-layang di daerah sitoplasma
yang bernama nukleoid. Salah satu
struktur bakteri yang penting adalah dinding sel. Bakteri dapat diklasifikasikan dalam dua
kelompok besar berdasarkan struktur dinding selnya, yaitu bakteri gram negatif
dan bakteri gram positif. Bakteri gram positif memiliki dinding sel yang
tersusun dari lapisan peptidoglikan (sejenis molekul polisakarida) yang tebal dan asam teikoat,
sedangkan bakteri gram negatif memiliki lapisan peptidoglikan yang lebih tipis
dan mempunyai struktur lipopolisakarida yang tebal. Metode yang digunakan untuk
membedakan kedua jenis kelompok bakteri ini dikembangkan oleh ilmuwan Denmark, Hans Christian Gram pada tahun 1884. Banyak bakteri memiliki struktur
di luar sel lainnya seperti flagel dan fimbria yang
digunakan untuk bergerak, melekat dan konjugasi. Beberapa bakteri juga memiliki kapsul yang
beperan dalam melindungi sel bakteri dari kekeringan dan fagositosis. Struktur kapsul inilah yang sering kali menjadi
faktor virulensi penyebab penyakit, seperti yang ditemukan pada Escherichia coli dan Streptococcus pneumoniae. Bakteri juga memiliki kromosom, ribosom, dan beberapa spesies lainnya memiliki granula makanan, vakuola gas, dan magnetosom. Beberapa
bakteri mampu membentuk diri menjadi endospora yang
membuat mereka mampu bertahan hidup pada lingkungan ekstrim. Clostridium
botulinum merupakan
salah satu contoh bakteri penghasil endospora yang sangat tahan suhu dan
tekanan tinggi, dimana bakteri ini juga termasuk golongan bakteri pengebab
keracunan pada makanan kaleng.
Bentuk dasar bakteri terdiri atas bentuk
bulat (kokus), batang (basil),dan spiral (spirilia) serta terdapat bentuk
antara kokus dan basil yang disebut kokobasil.
1.
Bentuk
Kokus
a. Monokokus, yaitu berupa sel bakteri kokus
tunggal
b. Diplokokus, yaitu dua sel bakteri kokus
berdempetan
c. Tetrakokus, yaitu empat sel bakteri kokus
berdempetan berbentuk segi empat
d. Sarkina, yaitu delapan sel bakteri kokus
berdempetan membentuk kubus
e. Streptokokus yaitu lebih dari empat sel
bakteri kokus berdempetan membentuk rantai
f. Stapilokokus yaitu lebih dari empat sel
bakteri kokus berdempetan seperti buah anggur.
2.
Bentuk
Basil
a.
Monobasil,
yaitu berupa sel bakteri basil tunggal
b.
Diplobasil,
yaitu berupa dua sel bakteri basil berdempetan
c.
Streptobasil,
yaitu beberapa sel bakteri basil berdempetan membentuk rantai.
3.
Bentuk
Spirilia
a.
Spiral,
yaitu bentuk sel bergelombang
b.
Spiroseta,
yaitu bentuk sel seperti sekrup
c.
Vibrio,
yaitu bentuk sel seperti tanda baca koma (Anonim, 2008).
Banyak spesies bakteri yang bergerak menggunakan flagel. Bakteri yang tidak memiliki alat gerak biasanya hanya mengikuti
pergerakan media pertumbuhannya atau lingkungan tempat bakteri tersebut berada.
Sama seperti struktur kapsul, flagel juga dapat menjadi agen penyebab penyakit
pada beberapa spesies bakteri. Berdasarkan tempat dan jumlah flagel yang
dimiliki, bakteri dibagi menjadi lima golongan, yaitu:
a.
Atrik, tidak mempunyai flagel
b.
Monotrik, mempunyai satu flagel pada salah satu ujungnya
c.
Lofotrik, mempunyai sejumlah flagel pada salah satu ujungnya
d.
Amfitrik, mempunyai satu flagel pada kedua ujungnya
e.
Peritrik, mempunyai flagel pada seluruh permukaan tubuhnya
(Anonim, 2011).
Anonim (2011) menyatakan bahwa kondisi
lingkungan yang mendukung dapat memacu pertumbuhan dan reproduksi bakteri. Faktor-faktor lingkungan yang
berpengaruh terhadap pertumbuhan dan reproduksi bakteri adalah suhu, kelembapan, dan cahaya. Secara umum, terdapat beberapa alat yang dapat digunakan untuk melakukan
pengamatan sel bakteri terhadap berbagai parameter tersebut, seperti mikroskop optikal, mikroskop elektron, dan atomic force microscope (AFM).
a. Suhu
Suhu berperan penting dalam mengatur jalannya reaksi metabolisme bagi semua makhluk hidup. Khususnya bagi bakteri,
suhu lingkungan yang berada lebih tinggi dari suhu yang dapat ditoleransi akan
menyebabkan denaturasi protein dan komponen sel esensial lainnya sehingga sel akan mati. Demikian pula bila suhu
lingkungannya berada di bawah batas toleransi, membran sitoplasma tidak akan berwujud cair sehingga transportasi nutrisi akan terhambat dan proses kehidupan sel akan terhenti. Berdasarkan kisaran
suhu aktivitasnya, bakteri dibagi menjadi 4 golongan:
·
Bakteri
psikrofil, yaitu bakteri yang
hidup pada daerah suhu antara 0°– 30 °C, dengan suhu optimum 15 °C.
·
Bakteri
mesofil, yaitu bakteri yang
hidup di daerah suhu antara 15° – 55 °C, dengan suhu optimum 25° –
40 °C.
·
Bakteri
termofil, yaitu bakteri yang
dapat hidup di daerah suhu tinggi antara 40° – 75 °C, dengan suhu optimum
50 - 65 °C
·
Bakteri
hipertermofil, yaitu bakteri
yang hidup pada kisaran suhu 65 - 114 °C, dengan suhu optimum 88 °C.
b. Kelembaban relatif
Pada umumnya bakteri memerlukan kelembaban
relatif (relative humidity, RH) yang cukup
tinggi, kira-kira 85%. Kelembaban relatif dapat didefinisikan
sebagai kandungan air yang terdapat di udara. Pengurangan kadar air dari protoplasma
menyebabkan kegiatan metabolisme terhenti, misalnya pada proses pembekuan
dan pengeringan. Sebagai contoh, bakteri Escherichia
coli akan mengalami
penurunan daya tahan dan elastisitas dinding selnya saat RH lingkungan kurang
dari 84%. Bakteri gram positif cenderung hidup pada kelembaban udara
yang lebih tinggi dibandingkan dengan bakteri gram negatif terkait dengan
perubahan struktur membran selnya yang mengandung lipid bilayer.
c. Cahaya
Cahaya merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pertumbuhan bakteri. Secara
umum, bakteri dan mikroorganisme lainnya dapat hidup dengan baik pada paparan
cahaya normal. Akan tetapi, paparan cahaya dengan intensitas sinar ultraviolet (UV) tinggi dapat berakibat fatal bagi
pertumbuhan bakteri. Teknik penggunaan sinar UV, sinar x, dan sinar gamma untuk mensterilkan suatu lingkungan dari
bakteri dan mikroorganisme lainnya dikenal dengan teknik iradiasi yang mulai
berkembang sejak awal abad ke-20. Metode ini telah diaplikasikan secara luas
untuk berbagai keperluan, terutama pada sterilisasi makanan untuk meningkatkan
masa simpan dan daya tahan. Beberapa contoh bakteri patogen yang mampu dihambat
ataupun dihilangkan antara lain Escherichia
coli 0157:H7 and Salmonella.
d. Radiasi
Radiasi pada kekuatan tertentu dapat menyebabkan kelainan dan bahkan dapat
bersifat letal bagi makhluk hidup, terutama bakteri. Sebagai contoh pada manusia, radiasi dapat menyebabkan penyakit hati akut, katarak, hipertensi, dan bahkan kanker. Akan tetapi, terdapat kelompok bakteri tertentu yang mampu bertahan dari
paparan radiasi yang sangat tinggi, bahkan ratusan kali lebih besar dari daya
tahan manusia tehadap radiasi, yaitu kelompok Deinococcaceae. Sebagai perbandingan, manusia pada umumnya tidak
dapat bertahan pada paparan radiasi lebih dari 10 Gray (Gy, 1 Gy = 100
rad), sedangkan bakteri yang termasuk dalam kelompok ini dapat bertahan hingga
5.000 Gy. Pada umumnya, paparan energi radiasi dapat menyebabkan mutasi gen dan putusnya rantai DNA. Apabila terjadi pada intensitas yang
tinggi, bakteri dapat mengalami kematian.
Deinococcus radiodurans memiliki kemampuan untuk bertahan terhadap
mekanisme perusakan materi genetik
tersebut melalui sistem adaptasi dan adanya proses perbaikan rantai DNA
yang sangat efisien.
Dalam kehidupan manusia bakteri mempunyai
peranan yang menguntungkan maupun yang merugikan. Bakteri yang menguntungkan
adalah sebagai berikut :
1.
Pembusukan
(penguraian sisa-sisa mahluk hidup contohnya Escherichia coli)
2.
Pembuatan
makanan dan minuman hasil fermentasi contohnya Acetobacter pada pembuatan asam
cuka, Lactobacillus bulgaricus pada pembuatan yoghurt, Acetobacter xylinum pada
pembuatan nata de coco, dan Lactobacillus casei pada pembuatan keju yoghurt
3.
Berperan
dalam siklus nitrogen sebagai bakteri pengikat nitrogen yaitu Rhizobium
leguminosarum yang hidup bersimbiosis dengan akar tanaman kacang-kacangan dan
Azotobacter chlorococcum
4.
Penyubur
tanah contohnya Nitrosococcus dan Nitrosomonas yang berperan dalam proses
nitrifikasi menghasilkan ion nitrat yang dibutuhkan tanaman
5.
Penghasil
antibiotik contohnya adalah Bacillus polymyxa (penghasil antibiotik polimiksin
B untuk pengobatan infeksi bakteri gram negatif, Bacillus subtilis penghasil
antibioti untuk pengobatan infeksi bakteri gram positif,Streptomyces griseus
penghasil antibiotik streptomisin untuk pengobatan bakteri gram negatif
termasuk bakteri penyebab TBC dan Streptomyces rimosus penghasil antibiotik
terasiklin untuk berbagai bakteri
6.
Pembuatan
zat kimia misalnya aseton dan butanol oleh Clostridium acetobutylicum
7.
Berperan
dalam proses pembusukan sampah dan kotoran hewan sehinggga menghasilkan energi
alternatif metana berupa biogas. Contohnya methanobacterium
8.
Penelitian
rekayasa genetika dalam berbagai bidang.sebagai contoh dalam bidang kedokteran
dihasilkan obat-obatan dan produk kimia bermanfaat yang disintesis oleh
bakteri, misalnya enzim, vitamin dan hormon.
Bakteri yang merugikan sebagai berikut :
1.
Pembusukan
makanan, contohnya Clostridium botulinum
2.
Penyebab
penyakit pada manusia, contohnya Mycobacterium tuberculosis (penyebab penyakit
TBC ), Vibrio cholerae ( penyebab kolera atau muntaber ), Clostridium tetani
(penyebab penyakit tetanus ) dan Mycobacterium leprae (penyebab penyakit lepra
)
3.
Penyebab
penyakit pada hewan, contohnya Bacillus antrachis (penyebab penyakit antraks
pada sapi )
4.
Penyebab
penyakit pada tanaman budidaya contohnya Pseudomonas solanacearum (penyebab
penyakit pada tanaman tomat, lombok, terung dan tembakau) serta Agrobacterium
tumafaciens (penyebab tumor pada tumbuhan) (Anonim, 2008).
2. Jamur
Alfi (2010) menyatakan bahwa kapang adalah mikroorganisme
yang termaksud dalam anggota Kingdom Fungi yang membentuk hifa. Kapang bukan
merupakan kelompok taksonomi yang resmi, sehingga anggota-anggota dari kapang
tersebar ke dalam filum Glomeromycota, Ascomycota, dan Basidiomycota. Kapang
(Inggris: mold) merupakan anggota regnum Fungi ("Kerajaan" Jamur)
yang biasanya tumbuh pada permukaan makanan yang sudah basi atau terlalu lama
tidak diolah. Sebagian besar kapang merupakan anggota dari kelas Ascomycetes. Kapang
bereproduksi dengan menggunakan spora. Spora kapang terdiri dari dua jenis,
yaitu spora seksual dan spora aseksual. Spora aseksual dihasilkan lebih cepat
dan dalam jumlah yang lebih banyak dibandingkan spora seksual. Spora aseksual
memiliki ukuran yang kecil (diameter 1-10 μm) dan ringan, sehingga
penyebarannya umumnya secara pasif menggunakan aliran udara. Apabila spora
tersebut terhirup oleh manusia dalam jumlah tertentu akan mengakibatkan
gangguan kesehatan.
Rucitra dkk. (2008)
menyatakan bahwa kapang adalah multiseluler yang bersifat aktif karena
merupakan organisme saprofit dan mampu memecah bahan – bahan organic kompleks
menjadi bahan yang lebih sederhana. Di bawah mikroskop dapat dilihat bahwa
kapang terdiri dari benang yang disebut hifa, kumpulan hifa ini dikenal sebagai
miselium.
Berbeda dengan
bakteri dan khamir, kapang seringkali dapat dilihat dengan mata. Termasuk pada makanan yang kemasannya rusak. Kapang memiliki ukuran yang lebih besar daripada
bakteri, termasuk organisme multiseluler (bersel banyak) yang berukuran mulai
dari mikroskopis sampai makroskopis dan memiliki bentuk seperti benang-benang.
Tumbuh dengan berbagai warna: merah atau jingga, hitam kebiruan, abu-abu yang
ditentukan oleh perbedaan warna sporanya (Anonim, 2011).
Fungi multiseluler
mempunyai miselium atau filament, dan pertumbuhannya dalam bahan makanan mudah
sekali dilihat, yakni seperti kapas. Pertumbuhan fungi mula-mula berwarna
putih, tetapi bila telah momproduksi spsra maka akan terbentuk brbagai warna
tergantung dari jenis kapang. Sofat-sifat kapang baik penampakan mikroskopik
ataupun makroskopik digunakan untuk identifikasi dan klasifikasi kapang. Kapang
dapat dibedakan menjadi dua kelompok berdasarkan struktur hifa, yaitu hifa
tidak bersekat atau nonseptat dan hifa bersekat atau septet yang membagi hifa
dalam mangan-mangan, dimana setiap mangan mempunyai inti satu atau
lebih,.dinding penyekat pada kapang disebut dengan septum yqang tidak bertutup
rapat sehingga sitoplasma masih dapat bebas bergerak dari satu ruang keruang
lainnya. Kapang tidak berseptat intinya tersebar disepanjang septa (Alfi,
2010).
Anonim (2011)
menyatakan bahwa secara biokimia, kapang bersifat aktif karena terutama
merupakan organisme saprofitik. Organisme ini dapat memecah bahan-bahan organik
kompleks menjadi yang lebih sederhana termasuk pembusukan daun-daun dan bahan
lain dalam tanah. Kegiatan yang sama dapat mengakibatkan pembusukan pangan.
Kapang umumnya lebih tidak tahan panas dibandingkan dengan bakteri, tetapi
kapang umumnya lebih tahan hidup pada kondisi lebih kering dibandingkan dengan
bakteri. Kapang digolongkan ke dalam beberapa genus berdasarkan:
1.
Penampakan
miselium : bening atau gelap dan atau warnanya
2.
Jenis
hifa : berseptat
atau tidak
3.
Cara
reproduksi : spora seksual atau aseksual
4.
Jenis
dan karakteristik spora aseksual
5.
Jenis
dan karakteristik spora seksual
6.
Adanya
struktur khusus pada kapang.
Seperti halnya bakteri, kapang juga dapat memberikan
keuntungan bagi manusia, namun juga dapat merugikan, salah satunya adalah
penyebab kerusakan produk pangan. Contoh bakteri yang menguntungkan adalah
bakteri yang dibutuhkan dalam pemeraman keju Roquefert dan dalam produksi kecap
atau tempe. Selain itu beberapa jenis kapang menghasilkan antibiotik yang
disebut penisilin. Kapang yang paling sering ditemukan pada daging dan unggas
adalah Alternaria, Aspergillus, Botrytis, Cladosporium, Fusarium,
Geotrichum, Monilia, Manoscus, Mortierella, Mucor, Neurospora, Oidium, Oosproa,
Penicillium, Rhizopus dan Thamnidium. Kapang
ini juga dapat ditemukan di banyak makanan lainnya (Anonim, 2011).
D.
ALAT
DAN BAHAN
1.
Alat
a.
Coloni counter
b.
Lup
(terdapat di coloni counter)
c.
Cawan
petri
2.
Bahan
a.
Koloni
bakteri dari kantin (ditempatkan di cawan petri)
b.
Koloni
kapang bawang merah
c.
Koloni
kapang tempe
E.
PROSEDUR
KERJA
1.
Menyiapkan
alat dan bahan yang diperlukan
2.
Mengamati
koloni bakteri dari kantin (ditempatkan di cawan petri)
a.
Meletakkan
cawan petri yang berisi koloni bakteri pada coloni
counter
b.
Mengamati
warna koloni melalui lup pada coloni counter
c.
Mengamati
bentuk koloni melalui lup pada coloni
counter, kemudian disesuikan dengan pedoman yang berisi pilihan bentuk
koloni, dan memilih gambar yang sesuai
d.
Mengamati
tepi koloni melalui lup pada coloni
counter, kemudian disesuikan dengan pedoman yang berisi pilihan tepi
koloni, dan memilih gambar yang sesuai
e.
Mengamati
elevasi koloni dengan cara melihatnya dari samping cawan petri. Selanjutnya
disesuikan dengan pedoman yang berisi pilihan elevasi koloni, dan memilih
gambar yang sesuai
3.
Mengamati
koloni kapang bawang merah
a.
Mengamati
warna koloni secara langsung
b.
Mengamati
sifat koloni secara langsung
4.
Mengamati
koloni kapang tempe
a.
Mengamati
warna koloni secara langsung
b.
Mengamati
sifat koloni secara langsung
F.
DATA
PENGAMATAN
Ø
Deskripsi
morfologi koloni bakteri
NO
|
Aspek yang diamati
|
Koloni I
|
Koloni II
|
Koloni III
|
1
2
3
4
|
Warna koloni
Bentuk koloni
Tepi koloni
Elevasi koloni
|
Putih bening
Bundar dengan tepian timbul
Licin
Timbul
|
Putih tulang
Tak beraturan dan menyebar
Berlekuk
Datar
|
Kuning muda
Filliform
Berombak
Seperti tombol
|
Ø
Deskripsi
morfologi koloni kapang
NO
|
Aspek yang diamati
|
Koloni I
|
Koloni II
|
1
2
|
Warna koloni
Bentuk koloni
|
Hijau
Serbuk
|
Putih
Kapas
|
G.
ANALISIS
DATA
H.
PEMBAHASAN
1.
Pengamatan
terhadap koloni bakteri I
Pengamatan bakteri ini dilakukan dengan cara mengamati
morfologinya dari aspek warna, bentuk, tepi, dan elevasi. Untuk warna, bentuk,
dan tepi koloni diamati dengan bantuan kaca pembesar yang ada pada coloni counter. Sedangkan elevasi koloni
diamati dari tepi koloni.
Koloni bakteri adalah sekumpulan dari bakteri-bakteri
yang sejenis yang mengelompok menjadi satu dan membentuk suatu koloni-koloni.
Untuk mengetahui pertumbuhan suatu bakteri dapat dilakukan dengan menghitung
jumlah koloni bakteri. Penghitungan suatu koloni dapat dilakukan dengan metode
pour plate (hitung cawan). Untuk mempermudah penghitungan jumlah koloni bakteri
digunakan alat yang biasa disebut Colony Counter. Pada alat Colony Counter,
penghitungan jumlah koloni bakteri dipermudah dengan adanya counter electronic.
Dengan adanya counter tersebut peneliti tinggal menandai koloni bakteri yang
dihitung dengan menggunakan pen yang terhubung dengan counter. Setiap koloni
yang ditandai maka counter akan menghitung. Penghitungan suatu koloni dengan metode
pour plate masih memungkinkan terjadinya kesalahan dikarenakan faktor human
error akibat bentuk koloni yang relatif kecil dan banyaknya koloni yang akan
dihitung (Sudarmanto, 2010).
Di saat mengamati bakteri, kita dianjurkan untuk tidak
membuka penutup cawan petri, agar keadaan dalam cawan petri tetap steril.
Sehingga, tidak menggangu koloni bakteri yang berdiam di cawan petri.
Berikut hasil pengamatan terhadap koloni bakteri I:
a.
Warna
koloni bakteri 1 : putih bening. Warna
koloni dapat diamati dari luar cawan petri dengan bantuan kaca pembesar pada coloni counter agar warna lebih jelas
b.
Bentuk
koloni bakteri 1 : bundar dengan tepian
timbul. Bentuk koloni dapat diamati dari luar cawan petri dengan bantuan kaca
pembesar pada coloni counter agar
bentuk lebih jelas
c.
Tepi
koloni bakteri 1 : licin. Bentuk
koloni dapat diamati dari luar cawan petri dengan bantuan kaca pembesar pada coloni counter agar bentuk lebih jelas
d.
Elevasi
koloni bakteri 1 : timbul. Elevasi koloni diamati dari samping cawan petri.
2.
Pengamatan
terhadap koloni bakteri 2
Langkah-langkah
yang dilakukan untuk mengamati koloni bakteri 2 sama dengan langkah-langkah
pengamatan koloni bakteri 1.
Berikut
hasil pengamatan terhadap koloni bakteri 2:
a.
Warna
koloni bakteri 2 : putih tulang. Warna
koloni dapat diamati dari luar cawan petri dengan bantuan kaca pembesar pada coloni counter agar warna lebih jelas
b.
Bentuk
koloni bakteri 2 : tak beraturan dan
menyebar. Bentuk koloni dapat diamati dari luar cawan petri dengan bantuan kaca
pembesar pada coloni counter agar
bentuk lebih jelas
c.
Tepi
koloni bakteri 2 : berlekuk. Bentuk
koloni dapat diamati dari luar cawan petri dengan bantuan kaca pembesar pada coloni counter agar bentuk lebih jelas
d.
Elevasi
koloni bakteri 2 : datar. Elevasi koloni diamati dari samping cawan petri.
3.
Pengamatan
terhadap koloni bakteri 3
Langkah-langkah
yang dilakukan untuk mengamati koloni bakteri 2 sama dengan langkah-langkah
pengamatan koloni bakteri 1 dan 2.
Berikut
hasil pengamatan terhadap koloni bakteri 3:
a.
Warna
koloni bakteri 3 : kuning muda. Warna
koloni dapat diamati dari luar cawan petri dengan bantuan kaca pembesar pada coloni counter agar warna lebih jelas
b.
Bentuk
koloni bakteri 3 : filliform. Bentuk
koloni dapat diamati dari luar cawan petri dengan bantuan kaca pembesar pada coloni counter agar bentuk lebih jelas
c.
Tepi
koloni bakteri 3 : berombak. Bentuk
koloni dapat diamati dari luar cawan petri dengan bantuan kaca pembesar pada coloni counter agar bentuk lebih jelas
d.
Elevasi
koloni bakteri 3 : seperti tombol. Elevasi koloni diamati dari samping cawan
petri
4.
Pengamatan
terhadap koloni kapang 1
5.
Pengamatan
terhadap koloni kapang 2
I.
KESIMPULAN
J.
DAFTAR
PUSTAKA
Anonim. 2011. Solanaceae.
(Online)
Anonim. Tanpa tahun. Sayuran-Solanaceae.
(Online)
Anonim. 2011. Fabaceae.
(Online)
Ahira, Anne. Tanpa tahun. Klasifikasi Tumbuhan: Tumbuhan Monokotil dan Dikotil. (Online)
http://www.sehatcommunity.com/2011/05/karakteristik-kapang-dan-perananya.html#axzz1dgoElqFN anonim 2011
http://bioindustri.blogspot.com/2008/10/kapang-monascus-purpureus-dalam-angkak.html rucitra dkk 2008
0 komentar:
Posting Komentar